Friday, October 22, 2010

Love vs Logic

Tahun 2006, saya pernah bikin novel, judulnya Love vs Logic. Itu hanya kumpulan beberapa curhatan saya di blog terdahulu tentang sebuah fans club milik Wisnu Yoga Prabowo, NinoHolics –dan kebetulan, saya salah satu anggotanya-. Tapi, dalam perkembangannya, seiring dengan kisah yang bertambah banyak, dengan chatting-an, SMSan dan conference call yang semakin sering, maka Love vs Logic dinyatakan sebagai sebuah proyek. Hahaha… sebuah proyek agak impossible dan sinting yang digagas kak Nita –moderator milis- featuring saya. Kenapa saya bilang sinting? Karena novel ini dibuat dari tengah ke akhir, baru bagian depannya. Yang lebih sinting lagi, novel ini kelar dalam waktu 2 minggu dan jadi the most downloaded thing di milis, hehehe…
Tokoh2nya diambil dari karakter anak2 milis. Cuma ada 3 tokoh yang hasil rekayasa saya, termasuk tokoh utama, Rara. Nah, kalo novel ini bener2 based on our story, saya jamin ga akan ada hal dramatisnya, makanya saya berembuk dgn kak Nita dan menyepakati adanya unsur imajinatif.
Rara, diceritakan sangat terobsesi dengan sains. Dia pikir, segala hal yang terjadi di alam bisa dihitung secara eksak. Termasuk jatuh cinta.
~ cinta itu ga dateng dari serangan listrik yang lo rasain pas pertama kali lo nyentuh dia, atau dari jantung yang tiba2 lompat2 ga jelas di dalam rongga dada pas dia natap elo..
Cinta itu sebuah proses sistematis yang dipengaruhi oleh hormon2 tertentu, seperti feromon.~
Saya sempat takjub sama diri sendiri setelah mengetikkan kutipan di atas. Kutipan ini adalah hasil pemikiran Rara, si Miss Super Logic.
Tapi, ada satu masa di mana dia jatuh cinta pada cowok yang baru pertama kali dia jumpai. Dan dunianya… juga sudut pandanganya terhadap cinta berubah drastis.
Hmm…
Saya mikir lagi; mengerutkan dahi, menajamkan indera, mengasah pikiran dan akhirnya tiba pada satu kesimpulan kritis “cinta itu ga bisa ditebak! Dia bisa datang ke siapa saja dan kapan saja.”
Ada orang yang bisa ngerasa jatuh cinta sejak pertama kali ngeliat seseorang, ada yang butuh proses sangat lama, ada yang harus dikomporin dulu sebelum menyadari dia jatuh cinta dan ada yang awalnya musuhan.
Seperti kata Kahlil Gibran, kita nggak bisa nentuin arah cinta, karena cinta adalah milik cinta dan dialah yang berhak menentukan arahnya sendiri.
Jadi, jangan pernah salahin diri kamu sendiri kalau kamu jatuh cinta sama seseorang yang dianggap ga pantes. Itu beban, kalau kamu sampai buang2 waktu mikirin dia terus dan mikirin reaksinya kalo tau kamu suka dia. Jangan terlalu mengandalkan logika dalam hal2 semacam ini. Just tell it, reaksinya kayak apa, itu masalah nanti, yang penting kamu mau keluarin uneg2 dulu… tau aja dia juga suka sama kamu? Kita nggak pernah tau hati seseorang kan? Dan kalaupun dia nggak suka kamu, duniamu toh nggak akan kiamat.. Kamu bisa move on and find someone’s better.
Yaaaahh, cinta dan logika itu sama kayak dua sisi mata uang; selalu seiring sejalan, tapi sangat bertolak belakang. Kamu bebas memilih mau lebih mengandalkan yang mana. Tapi menurut saya, dua-duanya harus tetap dipakai, tentunya, dengan takaran yang pas. Yang terpenting adalah, kita harus sepakat dulu kalo cinta itu sebenarnya simpel, tapi justru KITA yang bikin cinta itu jadi ribet.

No comments:

Post a Comment